The Trip of Not Being Owned

14 September 2011. Lagi enggak ngerasa apa-apa. Hidup juga lagi baik-baik aja. Cuma sudah dua hari ini terjebak di situasi sendirian-di-tengah-keramaian. Setelah mampir makan, minum, dan sebatang dua batang, jam sepuluh malam saya pulang. Niatnya menghindari macet, tiba-tiba di kepala saya terbesit konsep bahwa jalan kaki dari Cipete ke rumah sepertinya tidak sulit diwujudkan.

Hal yang saya sadari di tengah perjalanan adalah saya merasa bahwa rute yang saya ambil terlalu jauh. Jadi, jalan kaki saya berangkat dari 711 Cipete, menuju ke arah jalan raya besar Fatmawati, ke arah perempatan lampu merah yang posisi Giant berhadapan dengan Carrefour, lalu menyusuri sepanjang Jalan T.B. Simatupang, ke arah Pasar Rebo.

Kira-kira Segini

Untungnya, BB saya masih menyala sehingga bisa menemani saya berdendang. Bahkan, lebih dari berdendang. Seperti karaoke di tengah jalan, tidak peduli orang lain mendengar atau tidak. Sampai lagu-lagu yang rasanya perlu dinyanyikan dengan berteriak. Sudah seperti di video klip. Jalan yang saya susuri pun merupakan jalanan di sebelah jalan tol yang trotoar untuk pejalan kakinya tidak ada. Atmosfir kesendirian di tengah keramaiannya pun luar biasa terasa. Apalagi seenaknya nyanyi-nyanyi, dibantu botol air mineral yang saya pegang, seperti mikrofon.

Dari semua scene perjalanan, yang paling saya sukai adalah bagian ketika saya sampai di perempatan lampu merah Jalan Warung Jati Barat. Tanda lampu lalu lintas hijau berganti merah. Saya juga berhenti sejak karena menunggu saatnya untuk menyeberang. Kesempatan berhenti saya gunakan untuk menyalakan satu batang. Lalu, lampu lalu lintas berganti kembali menjadi hijau. Saya menyeberang dengan gaya musafir urban. Tiba-tiba BB saya memainkan lagu Need You Now milik Lady Antebellum. Semakin galau, semakin gamang. Begitu sampai di bagian reff, saya berteriak melantunkan lagunya..

“It’s a quarter after one, I’m all alone and I need you now..
I said I wouldn’t call but I lost all control and I need you now..
And I don’t know how I can do without, I just need you now..”

Dan wajah yang muncul dalam bayangan saya adalah wajahnya. Gawat.

Sebelum sampai di situ, saya sempat melewati dua orang pria yang bermain bulutangkis dengan memanfaatkan pagar sebagai net-nya. Melewati para pekerja yang masih sibuk menyemen merapikan jalan. Boot-nya yang menginjak-injak campuran semen mengingatkan saya pada film Love Me If You Dare. Sempat juga melewati taksi yang mengantri, tetapi memarkirkan mobilnya setengah naik ke atas trotoar. Sempat berhenti di Graha Simatupang. Duduk untuk sebatang. Sayangnya tidak ada pemandangan bagus selain jalan tol dan mobil motor yang lewat.

Setelah berhenti, saya melanjutkan perjalanan karena R.E.M. menyemangati saya dengan terus-terusan bilang, “Hold on, hold on..” Namun, apa daya. Sekitar satu kilometer sebelum Pasar Rebo, kaki saya sudah ogah diajak jalan. Meski saya masih tetap kekeuh dan bertahan dengan konsep saya bahwa masih bisa berjalan kaki sampai rumah, tapi ternyata konsepnya memang sebatas konsep. Sempat berhenti untuk yang kedua kali, sempat mencoba jalan mundur yang rasanya memang lebih ringan, tapi malah tidak pasti dengan apa yang ada di depan.

Yang jelas, akhirnya saya bisa juga melakukan hal yang belum bisa saya lakukan selama ini: menolak laki-laki. Ada abang ojek, abang taksi, sampai dua Bapak-Bapak yang menawarkan saya tumpangan sampai ke Pasar Rebo: yang satu naik mobil, yang satu naik motor. Akhirnya. Bisa nolak orang juga. Mungkin mereka enggak percaya kalau saya emang lagi mau berjalan.

So, it’s just a concept. Saya salah pakai kacamata untuk melihat. Sehari-hari naik mobil, naik angkot, naik motor, memang dekat. Namun, ternyata kalau berjalan kaki, jauh sekali. Benar-benar jauh sekali. Ditambah lagi baterai BB habis, jadi lagu sebagai ‘distraksi’ kelelahan saya berjalan, pudar sudah. Perjalanannya menjadi lebih berat, realistis, dan melelahkan. Akhirnya, menjelang Pasar Rebo, saya langsung mengiyakan tawaran abang ojek yang langsung mau membawa saya pulang. Abangnya ngebut, lalu beberapa kali ngerem mendadak. Bikin saya ingat film Mamalia, buatan Tumpal, yang merupakan bagian dari film Belkibolang.

Sampai di rumah pukul setengah dua. Kaki sudah pasti pegal. Tidak tahu pasti apakah yang saya alami malam ini berarti. Saya cuma ingin menamakannya, The Trip of Not Being Owned.

P.S.: It’s a quarter after three. I’m not really drunk. I’m missing you now.

5 respons untuk ‘The Trip of Not Being Owned

  1. baca ini, serasa berada dalam scene yang sama dan lagi ngikutin lo jalan dari belakang kar! :D
    dan memang benar, scientifically proved, musik (dengan genre tertentu) bisa ngebuat detak jantung, nafas, dan semua pulsasi tubuh punya irama yang sama, dan itu bikin kita jadi rileks
    anyway, gw suka banget jalan2 sendirian juga *highfive*

    p.s. kangen gw, waktu itu ketemu bentar doang, huh

    1. ih bestari galau suka jalan sendirian! tapi kalau orang yang jalan sendirian jalan bareng sama orang yang juga suka jalan sendirian kan jadinya nggak jalan sendirian lagi, bukan? fufufu.

      yoi. sebenernya efeknya dengerin musik sambil jalan di pinggir jalan adalah bisa teriak-teriak nyanyi dari hati sambil terengah-engah dan dengan muka menghayati tanpa harus malu. hehe.

      ayo dong ketemu lagi! kineforum terbuka lebar banget loh untuk berkumpul :]

      1. lah, emang cuma orang galau yang boleh jalan2 sendirian, diskriminasi! #abaikan
        haha, ya makanya itu gw ga ngajak jalan kar, tapi ngajak ketemuan, ngobrol2, ngupi2, main bekel, yah yang seperti itulah

        menarik! gw mesti coba kapan2, hehe, dulu gw pernah juga tapi di mall, nyanyi2 sendiri dengan suara keras, anehnya ga ada yang notice, itu membuat kesimpulan sotoy bahwa orang2 yang ke mall emang ga perhatian sama sekitar, makin individualis ya, haha

        tuh kan, banyak banget yang bisa diobrolin :D
        asik, berasa juragan lo kar, haha.. boleh lah, eh tapi krn kineforum lumayan jauh ya dari depok, jd mungkin weekend baru bisa

  2. orang gilaaaaaaaaaa…
    eh tapi gw juga suka jalan kaki sendirian, asal jangan sampe krn musik kekencengan ga denger ada klakson, koit deh.

    Jadi ini toh yg bikin lo ga bisa ikut halal bi haram kmaren? -_-

    1. iya, fan :| pagi-paginya langsung nggak bisa jalan :|
      jalan kaki sendirian gak masalah sebenarnya, asal jangan kejauhan, hahaha.

Tinggalkan komentar